TENTANG PENDAKIAN DAN PERASAAN

Setelah 2 tahun program camping di sekolahku vakum, akhirnya dibuka kembali karena penurunan covid-19. Sekolahku memang rutin membuat program di luar sekolah yang kegiatannya cukup menantang. Yah walaupun biayanya tetap banyak dari siswa wkwkwk.Tapi jalanin saja. Kegiatan ini menjadi kabar baik bagiku karena sebelumnya aku tidak pernah camping atau mendaki gunung sama sekali. Rasanya excited kali karena memang aku orangnya suka berpetualang. Kebetulan aku orang kampung, jadi pendakian ini mah easy men. Pengalaman ini akan kuceritakan sebaik mungkin, semoga saja bisa. Check it out(sok inggris dulu yakan biar menarik).


Program pendakian ini dilakukan selama 3 hari yaitu dari hari sabtu sampai senin. Sabtu, 18 Juni 2022 tepat pukul 05.00, aku mempersiapkan peralatan pendakian di kosku yang lama. Pukul 08.00 kami seangkatan kelas 11 berkumpul disekolah. Kemudian  Kepala Sekolah memberi arahan apa saja yang akan kami lakukan selama tiga hari kedepan dan ditutup dengan doa. Untuk informasi saja, kami akan mendaki pada malam minggu dan turun pada hari minngu pagi. Jadi, kami seangkatan akan menginap di Smp Budi Mulia Pangururan selama 2 hari 2 malam, karena malam senin dilanjutkan dengan makrab (malam keakraban). Lokasi Smp ini tepat berada dibawa gunung yang akan kami daki. Setelah selesai, kami dibagi bagi secara acak untuk pembagian bus. Di sini aku berpikir bahwa busnya akan seperti bus di film-film FTV yang besar dan panjang. Ternyata bus yang kami pakai adalah bus mini menyerupai angkot wkwkkwwk. 

Karena aku termasuk orang pemabuk perjalanan, jadi aku agak was-was dalam perjalanan ini. Takutnya aku muntah di bus mini ini kan gak lucu. Aku duduk di depan bersama guru SBK ku yang mana aku kesusahan memahami pelajarannya. Jadi ya gitu. Oke lanjut. Kami berangkat dari sekolah sekitar pukul 10.00 pagi. Di dalam perjalanan aku diajak guru SBK ku bicara-bicara tentang diriku. Di awal perjalanan saya cukup pusing karena asap bus mini ini dan aku ingin muntah rasanya. Jadi aku merasa susah bicara-bicara dengan guru tersebut yang bernama Pak Gultom. Pada saat di bus miniini, aku memfokuskan mataku ke depan terus agar tidak kedistrak ke samping kiri kanan. Karena aku ingat mamakku bilang kalo pemabuk perjalanan, mata jangan terlalu kemana mana agar tidak pusing. Tapi masalahnya di samping ku adalah guru dan mengajak ku berbicara terus selama awal perjalanan. Makanya obrolan bapak itu selalu kujawab dengan kata "iya pak engga pak", gitu. Memang ada juga pembahasanya yang sedikit menarik yaitu tentang juara kelas hehehhhehehehhe. Kebetulan aku juara umum 2 di kelas 11 IPS. Bukan bermaksud sombong ygy. Nexxxtttttttttt.

Selain bapak ini, ada juga teman sekelasku yang terus mengajak ku berbicara dan menambah kepusingan pikiran jiwa dan batinku. Saat itu aku sangat pusing dan untungnya pak Gultom memegang HP jadi kami tidak bicara-bicara lagi, namun temanku ini bernama OLD menawariku makanannya. Padahal kalo pemabuk, makan-makan di mobil itu mah gabisa. EH di bus mini maksudnya. Dia menawariku makanan Chitos, tapi karena pusing aku menolaknya dan menjawab dengan suara agak serak. Tapi dia memaksaku dan menyodorkan kedepan mukaku makanan tersebut, aku pun menerimanya walaupun pada saat itu aku rasanya ingin memukul dia. Teman ku ini memang cukup gila. Bayangkan saja makanannya ditawari kepada supir bus mini padahal Pak supirnya lagi menyupiri kami. Pak supir menolak karena fokus mengendarai kami yang pada saat itu jalannya berkelok-kelok. Andaikan supirnya mau menerima makanannya, mungkin minibusnya akan terjatuh dan cerita ini tidak akan pernah terungkap. Tapi yasudahlah.

Singkat cerita, kami sampai di Parapat dan menyeberang menggunakan kapal. Yaiyalah masa pake pesawat wkwkwkkwkw. Pada saat naik kapal aku cukup syok dan merinding karena itu pertama kali dalam hidupku naik kapal. Di situ saya cukup terpesona dengan keindahan Pulau Samosir dan hamparan danau Toba. Dan terlebih lagi dari tengah danau tersebut ternyata kampungku bisa terlihat dan ini menandakan bahwa Danau Toba ini memang luas sekali. Neeeextttttttt.

Kami pun sampai pelabuhan di Samosir, aku lupa nama pelabuhannya. Disini aku juga merasa senang karena pertama kali menginjakkan kaki di samosir. Karena mah keluargaku sudah berkali kali ke Samosir dan aku belum pernah sama sekali. Alasannya ya karena pemabuk itu, jadi saya menolak setiap kali diajak. Jujur saja menjadi orang yang pemabuk perjalanan itu sangat mengerikan. Kenapa mengerikan? Karena saya jadi susah kemana mana dan sering tidak ikut liburan bersama keluarga ataupun teman. Ah sudah lah, forget it. Ditempat kami berhenti, masih ada sekitar 1 jam perjalanan lagi ke Pangururan tempat kami beristirahat dan menginap nantinya. Disini kami tetap naik minibus juga dan perjalanannya cukup menyenangkan. Pada saat di mini bus saya asik melihat pemandangan sekitar dan pedesaan disana.

Sekitar pukul 13.30 kami sampai di Smp Budi Mulia Pangururan,tempat kami menginap nantinya. Saat melihat sekolah ini saya teringat juga dengan sekolah saya yang berada di kota Siantar. Sama-sama sempit hehehe, dan di depannya langsung jalan raya. Tapi sekolah ini dekat hamparan Danau Toba lalu dikelilingi gunung dan perbukitan. Maka tak heran disini terasa dingin sekali, ya walaupun dikampungku lebih dingin. Kebetulan smp ini mempunyai asrama dan kami menginap disana. Asrama nya menurutku bagus dan dilengkapi dengan fasiltas yang memadai. Kamar mandinya luas dan tempat untuk mandinya agak gimana gitu. Untuk tidurnya, yang perempuan dan laki laki dipisahkan. Kami laki laki tidur di aula besar asrama putra dan perempuan tidur di asrama putri. Sekedar informasi saja, kami tidur menggunakan tikar dan tanpa menggunakan selimut. Tapi untuk malam ini kami tidak akan tidur karena kami akan mendaki sepanjang malam agar sampai di atas pada pagi hari.

Pukul 19.00 kami makan malam dan bersiap-siap untuk pergi mendaki. Sebelum mendaki, kami berkumpul terlebih dahulu di lapangan smp dan panitia atau guru yang ikut mendaki memberikan arahan terlebih dahulu. Disini kami diberi beberapa arahan- arahan yang menurutku aneh seperti tidak boleh menyebut nama teman kita, tidak boleh tidur dan tidak boleh jonong (menatap sesuatu dengan pikiran kosong). Selain itu kami juga membawa makanan berupa coklat, air minum sebanyak mungkin, jas hujan, abu padi bercampur minyak lampu dan snack/makanan ringan untuk menahan lapar. Kami tidak membawa nasi atau beras karena itu akan memberatkan tas bawaan kami. Lagian kami tidak menginap atau berkemah diatas, karena sudah dilarang yang alasannya gua juga tidak tahu menahu.

Cuaca pada saat itu berkabut dan seperti ada tanda-tanda mau hujan. Namun, pendakian ini tetap dilanjutkan karena kalo ditunda akan menambah waktu dan biaya tambahan lagi. Karena tempat kami berkumpul masih di tengah-tengah kota Pangururan, maka kami harus berjalan ke kaki bukit pusuk buhit.Khusus untuk laki-laki kami berjalan dari sekolah dan melewati Tanoh Ponggol. Untuk perempuannya diantar menggunakan pick up secara bergantian. Dasar wanita LemaH. Nah di kaki pusuk buhit tersebut kami masih berkumpul sebentar untuk membagi bagi kelompok menurut kelas. Jadi, kami akan naik ke atas bersama sama dengan teman sekelas dan didampingi seorang alumni yang sudah berpengalaman tentunya. Sekedar informasi saja, kami naik ke atas berpasangan-pasangan, artinya laki-laki dengan perempuan berdampingan ke atas. Karena di kelas kami laki-laki hanya berjumlah 11 orang, jadi ada pasangannya perempuan dengan perempuan. Peran laki- laki disini adalah sebagai penjaga dan pelindung perempuan. Disini gua merasa cool bet anjay. Kami laki laki akan berada dibelakang perempuan pada saat mendaki,dan jika ia kenapa-kenapa kita harus bersiap-siap untuk menolongnya.Bayangkan saja jika mereka terpeleset maka kita harus memegang,hahahahaha ataupun membantu mereka. Membayangkan saja sudah wadidaw, apalagi menjadi kenyataan kan. Intinya aku membayangkan selama pendakian ini aku akan tampak seperti laki laki tangguh dan pelindung dari semua perempuan hahahahahah.

Saya berpasangan dengan salah satu perempuan di kelas ku yang bernama Meria. Dia cantik wkwkwkw. Saya cukup senang berpasangan dengan dia karena dia itu humoris, friendly, enak diajak ngobrol dan tentunya baik. Mungkin kalian bertanya kenapa aku mengatakan "cukup senang" pada kalimat sebelumnya, yaps karena sesuatu hal yang akan saya ceritakan di cerita berikutnya. Balik lagi, kelas kami naik paling akhir dan saya berada di barisan belakang. Barisan paling belakang sekali di tempati oleh wali kelas kami yaitu Pak Purba dan ada beberapa alumni. Saat pertama kali naik saya agak merinding karena jalan yang kami lalui diawali dengan tugu warna putih dan kuburan, huhuhuhu. Awal pendakian saya lebih banyak diam, karena ini kan pendakian pertamaku jadi agak was was juga kalo merasa sok sok-an atau mengganggu suasana pendakian. Soalnya saya cukup ribut dan lasak kalo jalan-jalan. Suasana saat itu sunyi, sebagian orang memilih untuk tidak berbicara, dibumbui pula dengan rintikan gerimis hujan dan ditambah dengan cuaca yang dingin membuat pendakian semakin seram. Tapi ada yang lebih seram. Apaan tuh? Yaps perasaan yang tak karuan. Skipppp.
 
Pada saat pendakian berjalan sekitar 15 menit-an, guru saya yang dibawah (Pak Purba) ditelepon oleh salah satu guru yang mana kalo ada cewek yang minta turun. Katanya dia tidak sanggup lagi menahan beban hidupnya awokawoka. Si cewek tersebut minta turun karena merasa sudah lelah dan tidak sanggup lagi. Alhasil cewek yang tidak bisa saya sebutkan namanya ini pun turun dan beristirahat di smp BM. Pendakian dilanjut dan suasana pendakian sama saja, sebagian orang lebih memilih diam dan itu sangat tidak asik bagi saya. Saya pun mencari kegiatan lain dengan mencabuti dan memotongi tanaman-tanaman di sekitar jalur perjalanan. Pasangan saya marah. EZZ pasangan awokawoka. Mungkin dia merasa jika kita melakukan itu akan membuat penghuni marah. Karena memang gunung  yang kami daki ini cukup sakral. Yah wajar memang bagi kami suku orang Batak banyak sekali benda-benda alam yang dianggap mistis dan dijaga kelestariannya.







 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama